Tusuk Sate : Berawal dari "ketidaksengajaan"

Usaha pembuatan tusuk sate yang saya rintis ini berawal dari tawaran seorang teman, sebut saja namanya Mr. W. Pertengahan bulan April  2013 Mr. W bertemu saya mengajak kerjasama untuk mensuplai stik dupa ke salah satu produsen dupa besar di Bali, permintaan stik dupa per bulan mencapai 5 ton. Bagi seorang pemula yang belum pernah berkecimpung di dunia lidi bambu, permintaan tersebut sangatlah menggiurkan. Dengan penuh semangat kami mencari produsen stik dupa ke seluruh wilayah Malang Raya, namun tak satupun produsen yang mau menerima tawaran kerjasama kami. Oleh karenanya saya memberanikan diri untuk memproduksi stik dupa, dengan modal pas-pasan hasil hutang kanan kiri saya mendatangkan mesin import dari China untuk memenuhi permintaan pembeli di Bali. 


Mesin sudah lengkap kami siap produksi, namun ternyata proses produksi tidak semudah yang saya bayangkan. Untuk menghasilkan stik dupa ukuran 1.3mm dibutuhkan bambu yang berkualitas super dan menggunakan mesin yang high  precision, belum lagi kendala teknis lainnya seperti tingkat kehalusan,  stik yang harus bulat, banyaknya limbah daripada hasilnya, pengawetan bambu dari penyakit bubuk dan jamuran dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan banyaknya kendala tersebut, tentu saja hal ini mungkin yang menyebabkan banyak produsen lidi bambu di Malang tidak ada yang mau menerima tawaran kami. 
Mengetahui kondisi terebut mr. w angkat tangan, tinggal saya sendiri meneruskan usaha ini. 

Atas Hidayah dan pertolongan Allah SWT saya beralih dari usaha stik dupa ke tusuk sate. Awalnya saya hanya bisa jual bunduan (tumpul) karena masih belum punya mesin peruncing tusuk sate, itupun dengan kualitas yang jelek sehingga harga jualnya murah sekali bahkan rugi. Memang untuk membuat produk tusuk sate berkualitas sesuai permintaan pasar tidaklah mudah, dibutuhkan  pengetahuan dan keahlian tentang karakteristik bambu dan mesin, kesabaran, keuletan dan tentunya modal yang cukup.


 

Saya sendiri telah mengalami bagaimana sulitnya membuat tusuk sate yang bagus, tak terhitung berapa puluh kg tusuk sate saya buang percuma karena jamuran, gosong bahkan terbakar karena suhu oven terlalu panas. Belum lagi hasil peruncingan yang kurang lancip, lidi yang masih kotak (diameter lidi harus bulat sempurna), kurang putih, kurang halus, panjang lidi tidak sama (pokok'e akeh kurange) hampir-hampir saya putus asa karenanya. Maka tak heran kalau banyak pengusaha tusuk sate yang bangkrut, karena memang tidak mudah membuatnya.

Namun Alhamdulillah saya telah melalui kesulitan demi kesulitan tersebut, saat ini banyak sekali permintaan tusuk sate sampai kewalahan untuk memenuhinya. Insyaallah dalam waktu dekat saya berencana untuk mengembangkan usaha tusuk sate ini.

Kalaulah tidak karena pertolongan Allah SWT tidaklah mungkin saya berhasil. Trim's ya rabb..!

Ada harga yang mahal dari sebuah pengalaman


3 komentar:

mbah preng mengatakan...

berapa per bijih nya

Unknown mengatakan...

Mas suhu di oven berapa drajat dan waktu nya sampai berapa lama??

Flo mengatakan...

Kantor dan no tlp